berawal dari gosip meuju pesan hidup

Jumat, 23 Juli 2010

Saya mendapat beberapa pelajaran berharga kemarin, ketika saya ngobrol disebuah cafe. Awalnya yang kita lakukan adalah mengosip. Wajarlah saya ngobrol dengan dua orang wanita pengosip (tidak perlu saya sebutkan namanya). Mereka bercerita bagaimana si D menyebabkan kehebohan dalam kampus kita dan sejarah hidupnya yang dinyatakan freak oleh teman-temannya sejak dia kecil.

Lambat laun pembicaraan ini berubah mengenai sebuah blog. Mereka bercerita bagaimana senior mereka (senior saya juga) menulis catatan harian di dalam sebuah blog yang kami anggap sebuah prestasi besar dalam dunia jurnalistik dan membuat saya minder sendiri. Saya telah membaca beberapa tulisan dari senior saya itu dan memiliki makna-makna yang membuat saya berpikir "ini loh sebenernya yang namanya nulis" Mereka mengunakan bahasa-bahasa khusus yang sangat sastrawi sekali dan membuat saya bingung.

Semakin ke dalam kita membahas soal blog, tiba-tiba seorang teman share saya berkata "Gw suka sedih sendiri ketika gw baca pengalaman hidup si kak A deh. dia pernah bilang ke kak S kalau kak A kangen sama mamahnya sampai ingin memeluk mamahnya kak S untuk beberapa detik aja untuk ngilangin rasa kangennya itu. Soalnya kak A udah ditinggal mamahnya dari SMA. Dia pernah bilang kalo dia pengen banget cerita ke mamahnya kalau punya temen kaya kak S kak G kak D dan yang lainnya" Setelah membuka pembicaraan ini dia menjelaskan masalah-masalah yang sering dihadapi senior saya dengan amat sangat jelas hingga membuat saya berkaca-kaca. Senior saya mbak S panggilan khusus saya untuknya, bahwa ia juga memiliki problema cinta dengan teman seangkatanya bahwa ia memiliki perbedaan dengan pacarnya itu seperti perbedaan ras dan perbedaan agama. Walaupun begitu mereka tetap saling bisa melengkapi dan tidak memperdulikan omongan orang. Bisa dibilang cinta tidak mengenal batasan dan perbedaan. Namun cinta mereka harus terputus mungkin karna ketidak cocokan dalam hubungan mereka. Lain lagi dengan senior saya yang satu ini miss I panggilan saya padanya. Bahwa ia pernah mengalami masa-masa dimana dia harus menanggung aib yaitu hamil diluar nikah dan mau tidak mau juga ia harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Ia pun menikah dengan pria yang menghamilinya. Kalau beban itu berada di saya mungkin saya akan loncat dari sebuah gedung yang tinggi.

Dan tiga orang ini yang memberikan pengalaman hidup baru bagi saya dan ternyata pengalaman hidup saya yang cukup warna-warni ini ada yang lebih berpelangi lagi dibanding saya. Di sini saya mendapati beberapa pelajaran bahwa apa yang saya alami belum seberapa dengan beberapa orang lain di luar sana. Mereka bisa menghadapinya dengan penuh ketabahan dan keikhlasan, Mereka juga tidak pernah menyalahkan keadaan, dan mereka sanggup walaupun saya tahu mereka tak mau hal ini semua terjadi. Dalam hati saya berkata "gw kira hanya gw yang ngerasain pahitnya hidup. Ternyata ada yang lebih parah dan mereka menjalaninya dengan sangat sabar dan penuh ketabahan" saat ini mereka merupakan wanita terhebat yang saya kenal di kampus tercinta saya. Terima kasih kalian telah menyadarkan saya