Dipikiran para pembaca mungkin sudah aneh-aneh. Setiap malam saya harus bercinta dengannya. Setiap waktu dan tidak henti-hintinya hingga saya sangat lelah, barulah berhenti. Mungkin semua mahasiswa di dunia mengalami ini "Bercinta dengan Tugas"
bercinta dengan ....
Minggu, 19 Desember 2010
Diposting oleh Bambang di 03.07 0 komentar
mengimajinasikan lukisan dari Tuhan
Senin, 30 Agustus 2010
Diposting oleh Bambang di 00.58 0 komentar
H.B to me
Rabu, 25 Agustus 2010
Sory telaat ngepostnya... Saya ingin bercerita sepanjang tanggal 25 juni 2010, yang membuat warna tersendiri di benak saya. Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada semua yang ingat akan hari kelahiran saya dan memberikan serangkaian doa dan harapan kepada saya.
Diposting oleh Bambang di 21.32 1 komentar
berawal dari gosip meuju pesan hidup
Jumat, 23 Juli 2010
Diposting oleh Bambang di 03.38 2 komentar
Jhon Stephen Akhwari
Diposting oleh Bambang di 10.20 0 komentar
Topeng
Jumat, 05 Februari 2010
Seorang anak berlari dengan senyuman yang indah bukan berarti dia tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Itulah saya, saya hanya mengenakan topeng kemanapun saya berada. Saya menutupi segala masalah yang saya terima dengan kegembiraan dan senyuman yang terpaksa
saya tidak ingin semua tahu tentang masalah saya, yang menjadikan mereka semua iba kepada saya. Saya hanya bercerita kepada telefon gengam saya yang saat ini rusak dan saya bingung kepada siapa lagi saya harus bercerita. Sebab saya sudah tidak percaya dengan mereka semua. Hanya tembok yang diam yang bisa saya percaya yang mungkin sedikit jahat dengan menguping antara saya dengan telefon gengam saya. Tapi biarlah selagi dia hanya terdiam dan tidak ikut campur (cont)
Diposting oleh Bambang di 18.37 0 komentar
Renungan Seorang Ibu
Kamis, 17 Desember 2009
“Mengapa Bunda menangis?”
“Karena Bunda butuh menangis,” jawab sang ibu.
“Aku tak mengerti,” ujar si kecil.
Sang ibu memeluk si kecil dan berkata,
“Kau tidak akan pernah mengerti.”
Berlarilah si kecil kepada ayahnya.
“Ayah, mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas dan bisa kumengerti?”
“Semua perempuan seperti itu, menangis tanpa alasan,” jawab sang ayah tanpa peduli.
Pergilah si kecil mencari guru mengajinya, masih dalam kebingungan mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas.
“Wahai Ustadzah, mengapa ibundaku dan kaumnya begitu mudah menangis?”
Menjawablah sang ustadzah ; “Ketika Allah menciptakan wanita, maka Dia menciptakan mahluk yang sangat special.”
“Allah ciptakan mahluk ini lengkap dengan dua bahu yang sangat kuat untuk memikul semua beban dunia, namun dengan lengan yang lembut untuk memeluk anak-anaknya.”
“Allah karuniai mahluk ini kekuatan batiniah yang luar biasa demi menanggungkan pedihnya melahirkan anak yang kemudian akan meninggalkan dan mengabaikannya.”
“Allah berikan mahluk ini ketegaran yang memungkinkannya terus bertahan dan berjuang ketika semua orang lain sudah berputus asa, demi merawat seluruh keluarganya di saat sakit dan lelah tanpa mengeluh.”
“Allah hiasi mahluk ini dengan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam semua keadaan, bahkan saat si anak menyakiti hatinya.”
“Allah lengkapi mahluk perempuan ini kekuatan untuk menerima suaminya dengan segala kekurangan dan kelemahannya.”
“Allah ciptakan mahluk ini dari tulang rusuk laki-laki demi melindungi hati si laki-laki.”
“Allah karuniai dia kebijaksanaan sehingga mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak pernah menyakiti istrinya, tetapi sering menguji kekuatan dan keteguhan hati si istri dalam mendampinginya.”
“Akhirnya, Allah karuniai wanita dengan air mata untuk dipakainya setiap saat dia membutuhkannya. Dia tidak memerlukan alsan, penjelasan untuk menggunakannya karena air mata itu adalah miliknya.”
“Anakku, kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, tidak pada wajahnya atau sisiran rambutnya. Kecantikan seorang perempuan ada pada matanya, karena itulah pintu gerbang menuju hatinya – tempat cinta bersemayam.”
Si kecil berlalu dengan membawa jawaban yang disimpannya di dalam hatinya dan tidak pernah lagi dia bertanya kepada ibunya, mengapa Bunda menangis?
Oleh : Nurah Tayeb (Seorang wartawati dari Afrika Selatan yang bekerja untuk Aljazeera.com di Doha, Qatar. Diterjemahkan oleh Santi Soekanto
Di kutip dari majalah Alia edisi Desember 2005
Diposting oleh Bambang di 20.03 0 komentar